Kota Matahari

Pagi itu seekor anjing masih mengais-ngais sisa pesta tadi malam di jalan Umar bin Khattab, Heliopolis, Kota Nasr. Sesekali ia menerobos dingin.
Ada sunyi dalam gaduh, katamu.
Ada gaduh di persimpangan jalan Maadi yang seketika menjadi sunyi, kataku.
Di halte bus 76 yang akan mengantarmu ke tempat yang jauh di Sinai sana, kamu pun berhenti. Menatapku. Sebentar, aku masih menelusuri gang sempit di Saha yang kumuh, menyeberang ke pasar Jordin yang tidak kalah ruwet, tapi kamu masih bertanya kapan kau kirim surat cinta untukku. Tentu aku akan mengirimkannya setelah kau tahu betapa aspal jalanan depan sembahyangan al-Azhar sangat dingin dan aku tak mau kata-kata yang sudah mengembun di suratku membeku tanpa sempat kau membacanya.

Kairo, 5 Januari 2020
Untuk kartika

Terkantuk-kantuk di Merkurius dalam nanar menunggu fajar

Kemudian larut
Dan aku pun terpaut
Pada aspal dan rumput

Tapi begitulah kisah ini harus berawal
Ketika ku tangkap kelebat yang gagal
Dan membiarkanku melanjutkan kisah-kisah tua
Tentang dingin malam sepi
Tentang kristal harapan mimpi
Tentang buih-buih yang menjadi abadi di udara.
Di antara titik koma kisah itu kau akhirnya tahu
Bukankah hanya kesedihan yang terasa sangat panjang?
Tapi bisakah kau sejenak berhenti
Untuk sekadar membagi sepi.
Atau bisakah kau ceritakanlah padaku bagaimana kesedihan itu tercipta?
Apakah dari bulir-bulir keringat para penghuni neraka yang jatuh di mangkukmu saat kau makan siang? Dan begitu tiba-tiba?
Iyakah?
Sama seperti suatu kali kau bangun pagi dan melihat matamu merah?
Seperti senar gitar yang putus bahkan sebelum kau menyentuhnya?
Tapi kau tampaknya cepat-cepat bergegas.
Dan kisah ini tak juga kau ulas.
Katamu, salahkan saja tuhan yang telah turut camput dalam segala kemalangan ini.
Aku, atau mungkin saja kau, bisa saja berdamai dengan apa saja kecuali dengan keadaan ini.

Doa Sepertiga Malam

Ada yang di sana diam-diam mendoakan kesehatan, kekayaan, dan kemuliaanmu tanpa perlu kau tahu.

Ada yang di sana menangis menghiba kepada tuhannya agar kamu tak mendapatkan halangan suatu apa.

Kau boleh menyebutnya apa saja melihat caranya berharap terus-menerus hari demi hari kendati pada saat yang sama dia tidak pernah menuntutmu melakukan hal yang sama.

Kau harus percaya bahkan tanpa kau temui kapan dia menengadahkan tangan dan bagaimana air matanya berjatuhan menatap langit.
Percayakah kamu perihal rintik gerimis yang kamu saksikan dari balik jendela kaca berasal dari air matanya yang dilap dengan telapak tangannya kemudian mengalir ke laut dan menjadi uap air di ketinggian sebelum jatuh sebutir di dekatmu.

29/1/2019

On Journey

15 Juli 2015

Pada suatu masa, di suatu tempat, tepatnya pada suatu hari kita akan menemukan, didatangi, mendapatkan atau usai masa menunggu kisah, peristiwa, pengalaman, fakta, seseorang atau segala hal yang pernah dikisahkan sebelumnya, atau sedang dikisahkan, atau akan dikisahkan sampai akhir hayatmu. Read more of this post