Kelokan Terakhir

Kelokan Terakhir

Kusimpan sebongkah dendam ini di balik punggung
Kubawa kemana pun aku pergi
Kuseret-seret dalam tiap jengkal langkah.
Kugenggam seerat jantung yang menempel di dada
Bila dendam ini mulai redup
Aku akan menyalakannya dengan cara apa pun
Agar kaki ini bisa berayun
Agar langkah ini bisa sampai
Agar bara itu menghangatkan tubuhku.

Jangankan mundur
Berhenti pun tidak

Kalau aku berhenti
Aku tidak mendapatkan apa pun
Kalau aku berhenti
Aku tidak akan pernah sampai untuk membalaskan semua dendamku di masa lalu.
Kalau aku berhenti
Aku tidak lagi mendapatkan dunia yang sudah lama hilang
Kalau aku berhenti
Aku akan kehilangan kesempatan
Kendati mungkin bukan selama-lamanya
Tetapi pasti untuk jangka waktu yang cukup lama.

Ini, lihatlah, ini
kelokan terakhir untuk merebut segalanya
Betul, memang seperti itulah,
aku telah mempertaruhkan segalanya di sini
Di sini.

Spoorstanplaat nachten, 14/4/11

Menu Siang Ini: Sepotong Kesedihan yang Terbakar

1
Terhampar di atas meja
Menu siang ini: Kesedihan
Yang terbakar di sisi-sisinya.
Yang di setiap biru dagingnuya
Menebarkan aroma pilu
Itu berarti banyak makna, katamu menenangkanku.

2
Baiklah
Kau jangan ikut memakannya, kataku waktu itu.
Biar kusikat habis sendiri.
Biar emosi ini kenyang.
Biar pikiran kemlakaren.

Jakarta-Sidney