Hujan Pertama

Hujan pertama musim ini jatuh pada bulan September.

Kamu bahkan belum sempat menghitung tiap titik air yang jatuh di sudut-sudut pipimu yang memerah bata. Ini mirip kutukan di kastil tua dan tak tahu kapan berakhir. Sebab katamu di sini ada tawa, memang, tapi bukan tawa yang dulu pernah pecah di tengah-tengah kita. Ada juga denting gitar dan tiupan klarinet tapi itu bukan alunan yang dulu.

Kamu bisa menyebutnya begitu. Atau kamu bisa saja menyebutnya dengan kangen atau rindu pada tanah basah seperti kamu pernah sebut bertahun-tahun lalu.

Tapi kau selalu menyangka kota ini benar-benar tidak seperti kota-kota lain yang pernah kau datangi. Ada rumput hijau dan kambing segar, katamu. Ada roti panggang dan sosis goreng katamu. Ada aspal dan tumpukan beton, katamu.

Hujan pertama jatuh di bulan September
Tapi selalu kau sebut dengan bulan April
Bila September menyisakan cerita
Maka April menyisihkan derita.

Parijs van Java, 6/9/18