Kelak

Kelak kita juga akan di sana.
Tempat para bidadari mencuci pakaiannya tiap pagi
Dan menyapamu seperti sudah akrab sekali

Kelak kita juga akan di sana
Di tempat kita terbangun di atas awan beratap langit temaram
Ketika udara begitu hangat seperti di bawah ketiak ayam

Kelak kita juga akan di sana
Saat kau tidak kenyang tidak lapar
Dan kau tidak kesepian walau sunyi menampar-nampar

Kelak kita juga akan di sana
Tempat sungai berisi air susu yang terus mengalir
Menari-nari dimainkan angin yang berdesir

Kelak kita juga akan di sana
Menikmati buah-buahan segar bergelantungan di sisi-sisinya
Sambil mendengar alunan musik yang tidak keras tidak pelan
dan setiap buah yang kau sentuh akan seketika menguning dan matang harum.

Kelak kita juga aakan di sana
Suatu tempat tanpa kau merasa jenuh karena menunggu apa atau siapa atau bertanya sudah berapa lama.
Dan jam tidak perlu berputar karena tidak ada siang atau malam
Hari-hari tidak pernah begitu gelap atau terang karena matahari sudah padam.

Kelak kita juga akan di sana
Tempat kau merasa bisa berkata,
“Ini memang tempatku sejak awal mula.”

Aku memang tidak mungkin menceritakan kepadamu semuanya sekarang.
Sebab kelak kita juga akan di sana
Di mana kau merasa sangat hidup
tapi tak kau dapati satu desah napas pun
di urat leher kita.

Jepara, 17/04/19

HUMAN’S VALUE VERSUS IMPERIALISM:

HUMAN’S VALUE VERSUS IMPERIALISM:

IT’S IMPLEMENTION TO LEADERSHIP IN THE MULTICULTURAL SOCIETY

Saifur Rohman


The paper assumed that value creation of which the basic of leadership in the future is based on the characteristic of local society. The created new values defined as concerning with human honor and local society defined as community which have captured in the imperialism.

Read more of this post

“Principium Summum Bonum”

“Principium Summum Bonum”

By Saifur Rohman

Among the wise, some used think that beside these many goods there is some good that is something in itself, and also causes all these goods to be goods. (Aristotle, Nicomachean Ethic, 1996: 15, 09a25)

Government has executed prisoner Dukun AS early July 2008 before punishment of dead in the case of murdering 40 victims at 1997. Then, execution is done by government to Dukun Tubagus Yusuf Maulana (Usep), killer 8 victims in East Java. Sumarsih will be executed before judged guilty of murdering the military families at 1988.

Read more of this post