Jalanan Sesepi ini

Aku kemari lagi ketika kau sudah tak di sini.
Malioboro tetap ramai
Mangkubumi banyak pejalan kaki
Monjali makin berjamur warung mie
Jalan-jalan yang konon penuh cerita
Cerita tentang sampah, katamu tentu saja.
Atau tentang cinta tinja gajah mada.

Memang seperti inilah keadaannya.
Aku datang lagi tanpamu.
Klakson menyalak bersungut-sungut
Manusia silver mondar mandir
Lagu di sayidan susah payah menyihir
Tapi tak pernah kulihat jalanan sesepi ini.

Jombor stanplaat, 8052023

Api yang Membeku

Tiba-tiba merindukannmu
dan menangis.
Selamat ulang tahun.

Yang Tersisa Hanya Dingin

Burung dara beterbangan di pagi hari
Menebas embun, menerobos dinding-dinding udara
Menerobos kabut di musim dingin yang luruh dengan kisah-kisah yang tidak pernah kau ceritakan sebelumnya.

Kairo, 20 Januari 2018.

Layar Hape yang Konyol

Menatap wajahmu lekat-lekat seperti mengingatkanku pada hape tua yang pecah dan lecet.

Selain pesan singkat tentang beli satu donat gratis satu, yang tersisa di layar hape ini hanya kiriman undian menang jutaan rupiah entah di pabrik supermie atau indomie.

Tentu saja kamu pun tahu, masih kutatap layar hape ini seperti aku pernah menatapmu. Seperti saat jatuh cinta. Dulu.

Kini menatap wajahmu lekat-lekat seperti mengingatkanku pada hitungan kolom kosong tiap fitur yang tak kujumpai sekadar sebiji pesanmu. Padahal telah kusiapkan pulsa beserta emoticon cinta untuk setiap sapaanmu yang akan datang padaku.

Apakah kau pernah menduga nomor kartu ini hanya untukmu sehingga tak menyimpan nomor dan nama lain, di samping kamu pun sudah tahu hape ini selalu dihidupkan hanya untuk menanti apa saja darimu?

Selalu ada teka teki yang tak terisi. Sama halnya ada nasib yang tak bisa ditebak. Kamu pun tertawa kecil. Hidup ini konyol, katamu. Aku tanya kenapa, kamu pun balas bertanya: Apakah kau pernah menduga bila pada akhirnya kita saling jatuh cinta dan menikah?

*110318.